Pringsewu (Potensinews.id) – Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Kabupaten Pesawaran Anton Kurniawan menyoroti pentingnya lembaga penyelenggara Pemilu (KPU) dan lembaga pengawas Pemilu (Bawaslu) bersinergi dengan media dalam pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang.
Hal tersebut dikatakan Anton saat menghadiri Kegiatan Fasilitasi Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu 2024 yang diselenggarakan Bawaslu Kabupaten Pesawaran di Hotel Regency Pringsewu, Kamis (1/12/2022).
Kegiatan tersebut juga menghadirkan perwakilan Organisasi Pers yang ada di Kabupaten Pesawaran, di antaranya PWI, SMSI, AWPI, FPII, KOWAPPI dan beberapa media.
Dalam kegiatan ini Ketua JMSI Pesawaran Anton Kurniawan mengatakan media memiliki peran sangat penting dalam Pemilu 2024 mendatang dalam upaya memberikan informasi kepada masyarakat. Sebab, menurut Anton, informasi yang disampaikan melalui media lebih terjamin akurasi dan kebenarannya dibanding dengan informasi yang didapat melalui media sosial.
Anton mengatakan dalam konteks Pemilu 2024, jangan sampai media memberikan informasi hoaks atau informasi berbau sara yang beresiko menimbulkan oerpecahan di masyarakat.
“Dalam penyelenggaraan Pemilu 2024 ini peran media sangat penting, khususnya dalam menangkal informasi hoaks dan ujaran kebencian (hate speech). Dalam kapasitas pemberitaan terkait Pemilu, media juga harus berani menyuarakan kebenaran tentu yang didukung data dan informasi yang akurat sehingga tercipta pemilu yang bermartabat,” ujarnya.
Selain itu, Anton juga berharap Bawaslu sebagai lembaga resmi yang mengawasi jalannya pemilu mampu melaksanakan tugas dengan maksimal sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang telah ditetapkan. Bawaslu dan media, ujar Anton perlu membangun sinergisitas dalam menciptakan Pemilu yang aman, damai dan berkualitas.
“Bawaslu dan media bisa bersinergi dalam melaksanakan tugas pengawasan. Bawaslu jangan sampai terkesan seakan menghindari media, apalagi kalau sampai membangun kesan tertutup terhadap media. Humas Bawaslu harus bisa membangun komunikasi dan memberikan informasi yang dibutuhkan media sebagai upaya memberikan informasi kepada masyarakat,” katanya.
Anton juga menyinggung Pemilu 2019. Saat itu, ujarnya, media sosial penuh sesak dengan berita hoaks, ujaran kebencian dan isu-isu yang mendeskreditkan serta ungkapan-ungkapan SARA.
“Belajar dari Pemilu 2019 lalu begitu banyak berita hoax, ujaran kebencian bertebaran di media sosial. Nah untuk mencegah perpecahan di masyarakat maka peran media harus dimaksimalkan. Tinggal sekarang lembaga penyelenggara dan pengawas Pemilu bagaimana,” pungkasnya. (Red)