Potensinews.id, Jakarta — Lahan yang diributkan provost Jatinegara Bripka Madih ternyata lahan yang dihuni warga dan bukan lahan perumahan. Tanah itu sudah habis terjual belikan orang tuanya sejak 2011 dan sudah jadi pemukiman warga.
Warga sekitar Kelurahan tempat tinggal Madih menyebutkan warga di Rt4 RW3 Jatiwarno, selama ini sudah resah dengan tingkah aneh Madih sejak tahun 2011 sepulang dari dinas di Kalimantan.
“Kami selama ini memang sudah resah dengan tingkah laku aneh Pak Madih ini. Sejak pulang dari tugas di Kalimantan. Warga tidak meladeni ulah ulah Madih, karena warga menganggap Madih eror,” kata Ketua RW 3, dalam pertemuan berbagai pihak diruang rapat presisi di Ditkrimum Polda Metro Jaya, Minggu 5 Januari 2023.
Pertemuan dalam rangka meluruskan maraknya pernyataan Madih di media sosial dan media pers terkait Bripka Mahdi dihadiri Sekda Bekasi, Bu Camat, Lurah Jatiwarna, BPN Bekasi, aparat Kelurahan, RT, RW, tetangga Madih dan para warga yang dirugikan, di hadiri Dirkrimum Polda Metro Jayan Kombes Hengki Haryadi, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, dan para pejabat Ditreskrimum Polda Metro.
Pertemuan di pandu Kombes Hengki Haryadi itu bahkan Bripka Madih hadir bersama istri ketiganya dan Mada adik kandungnya, dan satu orang temanya asal Jawa Barat yang kerap mendampingi dalam hal perjuangan tanah.
“Kita kumpulkan semua pihak, mulai warga, RT, RW, pihak Kelurahan, Kecamatan, Sekda, BPN, dan para penyidik, agar kita tabayun. Istilah pers itu berimbang ” kata Hengki.
Dihadapan peserta pertemuan Madih sempat kekeh bahwa tanahnya di serobot warga, dan tidak pernah menjual tanah orang tuanya. Meski sudah dijelaskan oleh masing masing pihak tentang sejarah tanah.
Saat ditunjukkan bukti bukti dokumen dokumen akte jual beli hingga data pemerintahan serta hasil pemeriksaan, Madih terlihat kebingungan dan berkilah dengan mengajak bicara adik atau istrinya. Madih juga kerap tidak konsisten tentang lahan mana yang digugatnya.
Madih kerap menyangkal namun tidak bisa menunjukkan bukti bukti atas ungkapannya dan tidak fokus pada apa yang di bahas. “Ya gak Mada (adiknya,red), jangan takut pokoknya,” ucap Madih mengalikan pembicaraan.
Lurah Jati Warna Karyadi menjelaskan bahwa Madih bersama Istrinya pernah datang dan menyatakan tanahnya di serobot warga. Lalu pihak melakukan kordinasi dengan BPN. Kemudian memediasi pihak Madih dan warga.
“Kami berkordinasi dengan BPN kemudian mencoba melakukan mediasi antara warga yang menempati tanah, dan pihak Pak Madih tidak pernah mau hadir. Meski berjanji akan hadir,” kata Karyadi.
Bahkan kata Karyadi Madih sempat marah marah saat diantar undangan oleh petugas Keluarahan saat itu Kasi Pemerintahan Sigit. “Diundang dia marah dan tiba tiba menuding kelurahan berpihak tidak netral. Bahkan Petugas kelurahan sempat akan di pukul. Kami menghargai karena Madih ini Polisi dan selalu berseragam,” kata Karyadi diamini sekertaris dan Kasipemerintahan.
Pihak Kelurahan juga menjadi bingung kantornya juga di demo warga karena PTSL mereka tertunda padahal sudah diukur sesuai dokumen yang mereka miliki. “Warga demo kelurahan karena dirugikan,” katanya.
Bertingkah Aneh