Potensinews.id, BANDARLAMPUNG — Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag mengungkapkan bangsa Indonesia sudah terlahir sejak dulu dengan gen moderat. Dengan genetika moderat warisan nenek moyang ini, maka bangsa Indonesia sulit untuk diadu domba dan dipecah belah. Warisan gen luhur ini menurutnya harus dipertahankan dan diwariskan kepada generasi bangsa.
Apalagi saat ini masih Kata Prof. Mukri, gen moderat tersebut terus diperkuat dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang menyatukan keragaman di Indonesia. Konsep dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika ini sangat penting untuk diaplikasikan khususnya dalam momentum Pemilihan Umum yang saat ini sudah mulai menghangat.
“Bhinneka Tunggal Ika dan sistem Demokrasi yang digunakan di Indonesia merupakan energi positif yang mampu menjadikan Indonesia tetap aman dan damai walaupun di tengah goncangan perbedaan yang ada,” katanya, Sabtu (28/10/2023).
Sikap moderat warisan leluhur Indonesia ini juga yang terus dipegang teguh oleh ormas-ormas keagamaan mainstream di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, dan juga Majelis Ulama Indonesia. Dengan sikap wasathiyah ini, ormas perekat elemen bangsa Indonesia ini mampu terus menyemai kebaikan-kebaikan di berbagai lini kehidupan umat, khususnya umat Islam.
“3 ormas ini berada di mana-mana tapi tidak kemana-mana. Mampu menyelenggarakan kebaikan untuk kebersamaan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Prof. Mukri mengajak, kepada para tokoh dan ulama untuk memperkuat kebaikan dan mensyiarkannya di tengah-tengah masyarakat. Saat ini penting untuk menviralkan kebaikan untuk menginspirasi masyarakat umum.
“jangan yang jelek-jelek yang di viral kan. Kebaikan juga harus diviralkan dan ditampakkan. Dan para tokoh-tokoh ini harus menjadi jubir (juru bicara) kebaikan,” ajak Ketua Umum MUI Lampung ini.
Prof. Mukri berharap, kepada para tokoh dan ulama untuk tidak mudah terprovokasi dengan berbagai informasi yang berkembang di media sosial. Sebagai tokoh, mereka harus memberikan contoh baik kepada ummat untuk tidak ikut menyebar-nyebarkan konten provokatif yang sebenarnya diproduksi oleh para buzzer dengan motif finansial.
Kondisi perbedaan yang menghangat dan juga terkadang memanas dalam pemilu harus disikapi dengan bijak agar bisa dikelola sehingga memberi dampak positif. “Panas bukan tidak bermanfaat. Tinggal bagaimana kita mengelola energi panas tersebut untuk mendatangkan manfaat. Jangan malah sudah panas malas dikompor-komporin,” ajaknya.
“Mari cerdas dan santun dalam menghadapi Pemilu agar bisa terselenggara dengan baik,” tandasnya. (*/HPS)