Potensinews.id, BANDARLAMPUNG – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menggelar acara pengukuhan Pengurus Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FKIP Unila
masa bakti 2024-2028, dan Simposium Pendidikan di Aula FKIP Unila, Rabu (31/01/2024)
Pada kesempatan itu turut hadir Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M., Dekan FKIP Unila Prof. Dr. Sunyono, M.Si., DPD RI Bustami Zainudin, Wakapolda Lampung Ahmad Ramadhan, Kajati yang diwakili Asisten Intelijen Aliansyah dan ratusan alumni yang hadir maupun menyaksikan secara daring
Pada keputusan Musyawarah Besar (Mubes) IKA FKIP Unila yang digelar pada 1 Januari 2024. Mengangkat Dr. Bustami Zainudin, S.Pd., M.H., sebagai Ketua IKA FKIP Unila
Rektor Unila Prof. Lusi sapaan akrabnya, dalam sambutannya memberikan selamat atas terbentuknya pengurus baru IKA FKIP Unila. Ia mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut
“Ini merupakan kerja keras Dekan dan jajaran. Konsep pendidikan FKIP sudah mulai ada perubahan,”ujarnya
Prof. Lusi juga mengungkapkan rasa senangnya ketika Unila masuk ranking seribu dari Universitas di dunia dan akan bekerjasama dengan perguruan tinggi terkenal, Harvard University di Amerika Serikat
Prof. Lusi mengimbau kepada IKA FKIP bahwa seorang guru tidak hanya sebagai pendidik, melainkan menjadi seorang pemimpin
“Minimal menjadi kepala sekolah, mudah-mudahan kepala sekolah yang ada di Lampung dari FKIP Unila,” ujarnya
Menurutnya, jumlah mahasiswa aktif di FKIP sangat banyak, bahkan hampir menyamai satu Universitas. Ia menyarankan FKIP menambah program studi kepemimpinan. Karena, seorang guru merupakan sosok yang dapat dijadikan panutan
“Apalagi seorang guru sebagai tugas mulia, dia juga multi talenta, menjadi contoh, inspirator bagi putra putri kita semua,” tukasnya
“Separuhnya Unila ini ada di FKIP. Prodinya juga banyak ada 32. Ini sudah sama dengan satu Universitas.
FKIP harus punya muatan lokal managemen, terutama kepemimpinan,” ujarnya
Sementara itu, ketua IKA FKIP Unila terpilih Bustami Zainudin dalam sambutannya menanggapi tema kegiatan tersebut lindungi guru selamatkan siswa. Menurutnya, persoalam antara guru dan murid biasa, hanya saja zaman sekarang banyak yang diviralkan.
Sehingga menurutnya, dampak dari kejadian tersebut membuat guru lainnya jadi takut untuk melakukan tindakan tehas kepada siswa yang melakukan kesalahan
“Saya dulu kalau gak setor, gak hafal juz ama, bisa patah mitas itu, itu zaman dulu, tapi sekarang berbeda. Dengan IKA FKIP ini kita bantu adalah Advokasi ke mereka. Ini salah satu kontribusi IKA FKIP,” ujarnya
Menurutnya, seorang guru tidak berniat untuk mencelakai anak didiknya, justru dengan cara memarahi hingga memukul tujuannya hanya untuk mendidik, membuat siswanya memperhatikan dan fokus belajar
“Guru itu tidak ada niatan jahat. Kalau ada anak yang tidk memperhatikan wajar guru memerahinya, agar anak itu bisa belajar sungguh-sungguh,” pungkasnya. (Virgo)