Potensinews.id – Program K3W Tiyuh Sido Agung jadi ajang bisnis oknum aparatur?
Program Kandang, Kebun, Kolam Wisata (K3W) yang digagas di Tiyuh/Desa Sido Agung, Kecamatan Way Kenanga, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), Provinsi Lampung, kini menuai kontroversi.
Program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan warga desa tersebut diduga menjadi peluang bisnis pribadi oleh oknum aparatur Tiyuh setempat.
Saat awak media melakukan investigasi ke lapangan pada Jumat, 31 Mei 2024 lalu, ditemukan indikasi kuat bahwa pengelolaan program K3W ini tidak berjalan sesuai harapan.
Deni, salah satu pengelola kolam ikan lele dari program K3W, mengungkapkan bahwa kelompoknya yang terdiri dari 20 orang mendapatkan bantuan pakan ikan dari Tiyuh sebanyak 6 karung dengan berat 30 kilogram per karung.
Namun, bibit ikan lele harus dibeli dari bapak Sekretaris Tiyuh, Jodi, dengan harga per gelas Rp 20 ribu.
“Kolam ini berisi 1.500 ikan, dan sudah satu setengah bulan berjalan. Kami beli bibit di bapaknya pak Carek, per gelas harganya Rp 20 ribu, tapi isinya tidak tentu,” kata Deni.
Masalah serupa juga ditemui oleh kelompok lainnya. Meswati, seorang penerima program K3W yang mengelola kolam ikan dan tanaman sayur, menyebutkan bahwa mereka hanya menerima bibit tanpa pupuk.
“Pakan ikan kita dikasih Tiyuh 6 karung, tapi sekarang sudah habis 2 karung. Bibit tanaman seperti cabai, tomat, dan terong sudah dibagikan, tapi tidak ada pupuknya,” keluh Meswati.
Jamilah, penerima program K3W untuk sayuran, juga mengeluhkan hal serupa.
“Banyak bibit yang mati karena tidak ada pupuk. Pertumbuhan tanaman sangat buruk,” ungkapnya.
Saat dimintai konfirmasi, Sekretaris Tiyuh Sido Agung, Jodi, membenarkan bahwa pengadaan bibit lele dilakukan melalui usaha pemijahan milik keluarganya.
“Betul, mas. Beli di saya, karena di Tiyuh ini hanya kami yang punya usaha pemijahan lele. Dana Desa memang harus dibelanjakan di Tiyuh sendiri,” jelas Jodi.
Ia juga mengungkapkan bahwa dalam perencanaan, bibit lele dihitung per biji dengan harga Rp300, namun pada pelaksanaannya menggunakan takaran gelas yang dihargai Rp20 ribu per gelas.
“Waktu perencanaan, kita hitung per satu bibit lele dengan harga Rp300, tapi untuk pelaksanaannya, kita pakai takaran gelas. Jadi, lebih irit,” tambah Jodi.
Hingga berita ini diturunkan, Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dan kepala Tiyuh selaku penanggung jawab anggaran belum berhasil dikonfirmasi terkait dugaan penyalahgunaan program ini.
Program K3W, yang seharusnya menjadi solusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, justru menjadi sorotan akibat dugaan praktik bisnis pribadi oleh oknum aparatur Tiyuh.
Warga berharap ada tindakan tegas dari pihak berwenang untuk memastikan program ini berjalan sesuai tujuan awal dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa. (Heri)