Potensinews.id – Limbah jagung Jeneponto jadi energi hijau PLN Nusantara Power.
Sebuah langkah positif dalam mewujudkan energi hijau di Indonesia terlaksana melalui kerjasama antara PLN Nusantara Power dengan Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Kerjasama ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah produksi jagung sebagai bahan biomassa dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya.
Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi karbon. Diketahui, kebutuhan biomassa bahan co-firing PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton per tahun.
Pejabat Bupati Jeneponto, Junaedi Bakri, mengungkapkan bahwa Jeneponto merupakan salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan.
Dengan luas lahan tanam jagung mencapai 60.165 hektar dan produksi jagung di tahun 2022 mencapai 418 ribu ton, Jeneponto memiliki andil besar terhadap suplai jagung nasional.
Melihat potensi besar ini, Junaedi menyambut baik langkah PLN Nusantara Power dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung yang melimpah.
“Kami berharap, 20% dari total produksi jagung di Jeneponto dapat terserap untuk program ini,” ujarnya, Senin, 10 Juni 2024.
Sementara, PLN Nusantara Power, melalui PLTU Punagaya, mengubah limbah jagung menjadi biomassa dalam co-firing.
Co-firing adalah metode substitusi sebagian bahan bakar batu bara dengan biomassa bonggol jagung. Hal ini diyakini dapat menekan emisi gas buang.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, menjelaskan bahwa co-firing merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
Selain ekspansi pembangkit baru berbasis energi baru terbarukan (EBT), PLN Nusantara Power juga mengaplikasikan co-firing di 25 PLTU yang ada di Indonesia.
“Tahun 2023 lalu, kami telah berhasil memproduksi 525,62 GWh energi hijau dari co-firing, yang setara dengan reduksi emisi karbon sebesar 533.291,79MT,” terang Ruly.
Co-firing tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian dan UMKM di sekitar PLTU.
“Selain berkontribusi positif pada lingkungan, metode co-firing ini juga merupakan hasil dari pasokan UMKM warga sekitar sehingga program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat ring 1,” tambah Ruly.