Potensinews.id – Model INKOLA, solusi Poltekkes Bandung untuk anak penyintas diabetes tipe 1.
Diabetes mellitus (DM) tipe 1 pada anak mengalami peningkatan signifikan di Indonesia, mencapai 70 kali lipat sejak 2010.
Kondisi ini menjadi perhatian khusus Poltekkes Kemenkes Bandung yang merancang Model INKOLA (Informasi, Komunikasi, dan Tata Kelola) sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas hidup anak penyintas diabetes tipe 1 di Jawa Barat.
Program ini dilaksanakan melalui hibah Pengabdian Masyarakat Nasional dari Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes RI.
Dengan melibatkan Puskesmas, sekolah, dan komunitas, Model INKOLA hadir untuk memberikan edukasi mendalam bagi anak, orang tua, guru, dan tenaga kesehatan, guna mendukung perawatan anak secara holistik.
Data menunjukkan prevalensi diabetes pada anak di Indonesia mencapai 2 per 100.000 jiwa pada 2023.
Anak perempuan mencatatkan kasus tertinggi dengan 59,3%, sementara rentang usia 10-14 tahun menjadi kelompok terbesar penyintas, yaitu 46,23%.
DM tipe 1 disebabkan oleh kekurangan insulin yang kronis, membuat anak penyintas sangat bergantung pada suntikan insulin harian.
Sayangnya, tantangan perawatan di rumah, sekolah, hingga stigma sosial sering kali memengaruhi kesehatan fisik dan emosional anak.
Melalui pendekatan Model INKOLA, Poltekkes Bandung mengintegrasikan edukasi, komunikasi, dan tata kelola di layanan primer, seperti Puskesmas dan sekolah.
Program ini mencakup pelatihan untuk orang tua, guru Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dan tenaga kesehatan di Puskesmas.
“Model INKOLA bertujuan memperkuat kemampuan orang tua, guru, dan tenaga kesehatan dalam mendukung anak penyintas diabetes agar mereka dapat menjalani keseharian secara mandiri dan produktif,” ujar Prof. Dr. Hotma Rumahorbo, Ketua Tim Program PPDS Poltekkes Bandung.
Edukasi Interaktif untuk Semua Pihak
Edukasi interaktif dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Sebanyak 28 anak dan orang tua mendapatkan pelatihan tentang perawatan diabetes, termasuk pengelolaan insulin, pengaturan makanan, dan aktivitas fisik.
Anak-anak juga diajarkan memahami kondisi mereka melalui permainan dan diskusi.
Guru UKS dari 10 sekolah dilatih untuk memantau kondisi anak selama di sekolah, termasuk penanganan darurat dan penyediaan lingkungan sekolah yang mendukung, seperti kantin sehat.
Selain itu, 12 tenaga kesehatan dari Puskesmas dibekali keterampilan khusus untuk memantau dan mendampingi anak serta keluarga mereka.
Sebagai puncak kegiatan, webinar nasional digelar pada 2 November 2024 dengan lebih dari 280 peserta, termasuk tenaga kesehatan, dokter, guru, dan mahasiswa.
Webinar ini menyoroti pentingnya kebijakan khusus untuk diabetes tipe 1 serta peran komunitas dalam mendukung anak penyintas.
Prof Hotma menegaskan bahwa Model INKOLA adalah langkah strategis untuk memastikan anak penyintas diabetes tipe 1 dapat hidup dengan kualitas optimal.
“Anak-anak ini adalah pejuang. Dengan dukungan yang tepat dari keluarga, sekolah, dan layanan kesehatan, mereka mampu meraih masa depan yang gemilang,” tuturnya.
Transformasi layanan primer melalui pendekatan seperti INKOLA menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi multi-sektor dapat menjawab tantangan kesehatan masyarakat, khususnya pada anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti diabetes tipe 1.
