Aceh

Sekretaris SWI Aceh Soroti Ketimpangan dan Literasi Digital dalam Sistem Pendidikan Nasional

×

Sekretaris SWI Aceh Soroti Ketimpangan dan Literasi Digital dalam Sistem Pendidikan Nasional

Sebarkan artikel ini
Sekretaris SWI Aceh Soroti Ketimpangan dan Literasi Digital dalam Sistem Pendidikan Nasional
Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah SWI Provinsi Aceh, Adhifatra Agussalim, C.I.P, CIAPA, CASP, CPAM, C.EML. | Ist

Potensinews.id – Sekretaris SWI Aceh soroti ketimpangan dan literasi digital dalam sistem pendidikan nasional.

Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah Sekber Wartawan Indonesia (SWI) Provinsi Aceh, Adhifatra Agussalim, C.I.P, CIAPA, CASP, CPAM, C.EML, menyampaikan pandangan kritis terhadap berbagai tantangan dalam Sistem Pendidikan Nasional, terutama terkait ketimpangan kualitas dan minimnya literasi digital.

Pernyataan ini disampaikan bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2025.

Adhifatra, yang juga baru menerbitkan buku tentang implementasi Governance, Risk and Compliance (GRC) pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), menilai bahwa kesenjangan kualitas pendidikan antarwilayah masih menjadi persoalan mendasar.

Ia menyoroti perbedaan fasilitas yang signifikan antara sekolah, madrasah, dan dayah di daerah terpencil dengan yang berada di perkotaan.

Baca Juga:  Puluhan Napi Lapas Kutacane Kabur Saat Buka Puasa, 15 Orang Berhasil Ditangkap

“Sebagai jurnalis, kami melihat langsung realitas di lapangan. Banyak Sekolah, Madrasah dan Dayah di daerah terpencil yang belum memiliki fasilitas memadai, sementara di kota besar justru berkembang pesat. Kesenjangan ini mencerminkan perlunya pemerataan yang lebih serius,” ujar Adhifatra di Banda Aceh, Jumat, 2 Mei 2025.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan adanya disparitas indeks pembangunan pendidikan antarprovinsi.

Provinsi DKI Jakarta mencatatkan rata-rata lama sekolah 10,9 tahun, sementara Aceh masih berada di angka 9,1 tahun.

Laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun yang sama juga mengungkapkan bahwa hanya 45% sekolah di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang memiliki akses internet stabil.

Baca Juga:  Kapolsek Banda Sakti Ajak Masyarakat Lhokseumawe Gelorakan Semangat Bela Negara

Selain isu ketimpangan, Adhifatra juga menyoroti rendahnya tingkat literasi digital di kalangan pelajar, santri, dan guru. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan serius dalam menghadapi era digitalisasi pendidikan.

Lebih lanjut, Adhifatra menekankan pentingnya kolaborasi antara dunia pendidikan dan media.

Ia menyatakan bahwa pers memiliki tanggung jawab moral untuk mendorong transformasi pendidikan melalui pemberitaan yang konstruktif dan edukatif.

SWI Aceh, yang kini memiliki kepengurusan di 14 kabupaten/kota di Aceh dan terus berkembang, menyatakan kesiapannya untuk menjadi mitra kritis sekaligus solutif dalam mendukung program-program pendidikan (tarbiyah) yang berpihak pada kemajuan generasi muda Aceh.

“Media harus menjadi jembatan antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Kami di SWI siap menjadi mitra kritis sekaligus solutif, mendukung program-program pendidikan (tarbiyah) yang berpihak pada kemajuan generasi muda Aceh,” tambahnya.

Baca Juga:  Gotong Royong Bersihkan TPU, Warga Gampong Kota Lhokseumawe Jalin Keakraban

Adhifatra, yang juga menjabat sebagai Pemred MNCCTVNEWS, mengajak seluruh insan pers untuk aktif memantau dan melaporkan implementasi kebijakan pendidikan di daerah masing-masing.

Ia juga mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan terbuka terhadap kritik serta masukan dari jurnalis.

Dalam kesempatan tersebut, Adhifatra juga mengingatkan para jurnalis untuk mengimplementasikan metode 5D (Doa, Diklat, Data, Dokumentasi, dan Distribusi) dalam menjalankan tugas di lapangan.

“Pendidikan bukan hanya urusan guru dan siswa/santri, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Pers memiliki peran strategis dalam memastikan sistem ini berjalan adil, inklusif, dan berorientasi masa depan yang berkelanjutan,” pungkasnya. (Syah)