Tanggamus

Terisolasi 8 Dekade, Sembilan Pekon di Tanggamus Belum Rasakan Merdeka Seutuhnya

×

Terisolasi 8 Dekade, Sembilan Pekon di Tanggamus Belum Rasakan Merdeka Seutuhnya

Sebarkan artikel ini
Terisolasi 8 Dekade, Sembilan Pekon di Tanggamus Belum Rasakan Merdeka Seutuhnya
Akses jalan yang terbatas dan belum diaspal di Teluk Brak, Karang Brak, Kaurgading, Tirom, Way Asahan, Martanda, Tampang Tua, Tampang Muda, dan Pesanguan. | Ist

Potensinews.id – Terisolasi 8 dekade, sembilan Pekon di Tanggamus belum rasakan merdeka seutuhnya.

Meskipun Indonesia telah merdeka selama delapan dekade, kehidupan di sembilan pekon (desa) di bagian selatan Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus, masih terisolasi.

Akses jalan yang terbatas dan belum diaspal membuat warga di Teluk Brak, Karang Brak, Kaurgading, Tirom, Way Asahan, Martanda, Tampang Tua, Tampang Muda, dan Pesanguan merasa belum sepenuhnya merdeka.

Selama puluhan tahun, delapan dari sembilan pekon tersebut (kecuali Pesanguan) hanya bisa dijangkau melalui jalur laut.

Perjalanan dengan perahu memakan waktu hingga empat jam dan hanya tersedia sekali dalam sehari. Kondisi ini membawa dampak besar pada perekonomian lokal.

Baca Juga:  Puluhan Anggota Polres Tanggamus Naik Pangkat

Hasil bumi seperti kopi, kakao, cengkeh, dan durian, sering kali rusak karena terkena air laut selama perjalanan.

“Akibatnya, harga jual anjlok drastis dan potensi ekonomi tidak bisa optimal,” kata Sigit, warga Pekon Karang Brak, yang ditemui di Pelabuhan Kotaagung, Minggu, 17 Agustus 2025.

Akses darat pun tak kalah sulit. Jalan tanah yang licin saat hujan dan berdebu saat kemarau membuat kendaraan roda empat hampir tidak pernah terlihat.

Warga terpaksa memodifikasi sepeda motor mereka agar bisa melintasi medan yang ekstrem.

“Kalau jalan masih tanah seperti ini, ban motor bisa langsung tergelincir dan jatuh. Selip sedikit bisa ketemu malaikat maut,” ujar Usup, warga lainnya, menggambarkan bahaya yang dihadapi setiap hari.

Baca Juga:  Pemkab Tanggamus Gelar Musrenbang RKPD 2024, Penyusunan RKPD Tahun 2025

Warga setempat mengungkapkan mereka tidak menuntut banyak dari pemerintah.

“Kami tidak meminta muluk-muluk. Cukup jalan tembus yang diaspal agar hasil bumi bisa keluar dan kehidupan kami lebih layak. Selama ini kami merasa belum merdeka,” lanjut Sigit.

Selain masalah infrastruktur, harapan masyarakat untuk pemekaran wilayah menjadi kecamatan definitif juga tak kunjung terealisasi.

Usulan yang sudah bertahun-tahun didengungkan hanya menjadi “angin surga” tanpa kejelasan.

“Sudah bertahun lalu ada rencana wilayah delapan Pekon ini jadi kecamatan definitif terpisah dari Kecamatan Pematangsawa. Tapi hanya angin sorga saja,” ungkap Sugiran, warga lain.

Meski Pemerintah Provinsi Lampung telah memasukkan beberapa ruas jalan di Tanggamus sebagai prioritas pembangunan, seperti Teluk Kiluan–Simpang Umbar dan Kuripan–Sukamara, dukungan konkret untuk pekon-pekon terpencil di Pematangsawa masih dipertanyakan.

Baca Juga:  Polres Tanggamus Tangani Dugaan Pemukulan Pegiat TNWC di Pekon Martanda Pematang Sawah

Dengan nada tinggi dan emosional, Topik, seorang warga, menegaskan, “Masyarakat di 9 pekon Pematangsawa masih belum ‘merdeka’ dari keterisolasian. Jalan rusak, transportasi terbatas, dan kehidupan penuh tantangan.”

Dayat, warga Pekon Tampang Muda, menutup perbincangan dengan sebuah permohonan yang tulus.

“Tolong Pak Presiden Prabowo, Gubernur Lampung Pak Kyai Rahmat Mirzani Djausal, Bupati Pak Haji Muh. Saleh Asnawi, tolong merdekakan kami,” katanya, mewakili suara hati ribuan warga yang mendambakan perhatian nyata dari pemerintah. (Akmaluddin)