Potensinews.id – Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dipersiapkan menjadi pionir energi hijau nasional melalui pengembangan program Bioavtur (Sustainable Aviation Fuel/SAF).
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara PT Green Power Palembang (GPP) dan IJB-Net Pusat (Indonesia Japan Business Network).
Kepala IJB-Net Pusat, Muhammad Budiman, menjelaskan bahwa inovasi ini memanfaatkan kelapa non-standar atau reject, seperti kelapa yang busuk, pecah, atau bertunas yang selama ini tidak terpakai di industri pangan.
“Kelapa yang biasanya dibuang justru menjadi emas hijau bagi kami. Dari sinilah kami kembangkan bahan baku bioavtur untuk pesawat terbang,” ujar Budiman.
Langkah strategis ini sejalan dengan regulasi International Civil Aviation Organization (ICAO) yang mewajibkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.
Menurut Budiman, ini adalah peluang besar bagi Banyuasin untuk menjadi lumbung energi hijau dunia.
Pabrik pengolahan kelapa menjadi Crude Coconut Oil (CCO), yang kemudian diolah menjadi bioavtur, kini tengah dibangun di Muara Sungsang, Banyuasin.
Sebagian besar produk bioavtur ini ditargetkan untuk diekspor ke Jepang.
Budiman menyebutkan kebutuhan bahan baku ke depan mencapai 500 ton kelapa non-standar per hari.
Tim kini gencar melakukan survei untuk validasi kesiapan pasokan sebelum pabrik beroperasi penuh pada tahun 2026.
“Jika pasokan Banyuasin masih kurang, kami siap memperluas kerja sama ke wilayah lain di Sumatera Selatan, bahkan hingga Jambi dan Riau,” ungkapnya optimistis.
Pemerintah Kabupaten Banyuasin menyambut baik proyek ini dengan memberikan dukungan penuh dari Dinas Perkebunan, PTSP, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam hal regulasi dan perizinan.
Budiman menegaskan bahwa proyek bioavtur ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang transformasi nilai.
“Bayangkan, limbah kelapa yang dulunya tak bernilai kini bisa menggerakkan pesawat lintas benua. Dari Banyuasin untuk dunia, itulah semangat kami,” pungkasnya. (Nopi)












