Potensinews.id — Realisasi program ketahanan pangan minimal 20% dari Dana Desa di Tiyuh Menggala Mas, Kecamatan Tulangbawang Tengah (TBT), Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), diduga bermasalah. Sejumlah indikasi mencurigakan muncul dalam pengelolaan program Nenemo Mandiri Pangan K3 (Kandang, Kebun, Kolam), yang terkesan mengarah pada praktik persekongkolan untuk menguntungkan pihak tertentu.
Hasil investigasi di lapangan mengungkap bahwa pengelolaan indukan kambing yang merupakan bagian dari program tahun anggaran 2023, hingga kini masih dikuasai oleh penerima awal. Padahal, menurut keterangan dari aparatur Tiyuh, skema seharusnya dilakukan secara bergulir kepada masyarakat lain. Fakta ini memperkuat dugaan adanya ketidakwajaran dalam implementasi program tersebut.
Sebagai informasi, tujuan utama program ketahanan pangan adalah untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan pangan lokal, membuka akses masyarakat terhadap pangan bergizi dan aman, serta memperkuat kemandirian pangan masyarakat. Jika dijalankan sesuai tujuan, program ini seharusnya mampu meningkatkan kualitas hidup, mengurangi kemiskinan, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Namun, pelaksanaan program di Tiyuh Menggala Mas disinyalir menjadi ajang mencari keuntungan oleh segelintir pihak. Minimnya informasi publik terkait realisasi anggaran sejak tahun anggaran 2023 hingga 2024 memperkuat dugaan adanya praktik tak transparan.
Kepala Suku 06, Adiromsi, saat ditemui di kediamannya, membenarkan bahwa pada tahun 2024 terdapat pembangunan jalan onderlagh sepanjang 400 meter yang dibiayai dari Dana Desa.
“Onderlagh-nya sepanjang 400 meter, lebar 2,5 meter. Ketebalannya saya kurang tahu. Waktu itu sempat diukur inspektorat dari kecamatan, katanya hasilnya aman. Saya juga tanya, standar ketebalan itu 15 (cm), kalau lebih dari itu malah bagus, kata mereka. Saya sendiri jadi pengawas kegiatan itu, lokasinya di RT 9 arah makam,” ujar Adiromsi, tampak gugup.
Namun di sisi lain, hasil investigasi media menemukan kejanggalan. Kondisi jalan onderlagh yang dibangun tampak tidak diratakan dengan baik. Batu-batu terlihat tajam dan bergelombang, bahkan ditumbuhi rumput liar. Diduga, proyek ini bagian dari realisasi anggaran program ketahanan pangan yang telah dimark-up.
Salah seorang warga yang melintas di jalan tersebut mengeluh.
“Takut juga sih lewat sini. Motor saya sering pecah ban kalau lagi muat karet. Kayaknya karena batunya masih tajam. Biasanya saya pilih jalan lain kalau bawa muatan berat,” keluhnya sembari melanjutkan perjalanan dengan hati-hati.
Sementara itu, salah satu penerima bantuan kambing dari program ketahanan pangan mengaku hanya menerima satu ekor kambing jenis kacang, yang hingga kini belum juga berkembang biak.
“Saya cuma dapat satu ekor kambing kacang, dari tahun 2024 sampai sekarang belum pernah beranak. Gimana mau digulirkan?” jelasnya.
Tim media juga melakukan survei ke pasar tradisional di Kecamatan Pulung dan Pasar Mulyo Asri. Hasilnya, harga kambing kacang di kedua pasar tersebut berada pada kisaran Rp 1 juta per ekor.
Sayangnya, saat hendak dikonfirmasi lebih lanjut, Sekretaris Tiyuh, Pendi, enggan memberikan keterangan saat ditemui di ruang kerjanya pada Jumat, 16 Mei 2025.