Potensinews.id – Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, menyatakan kesiapannya menjadi pionir energi hijau nasional melalui pengembangan program Bioavtur (Sustainable Aviation Fuel/SAF).
Proyek ini akan menggunakan bahan baku kelapa non-standar, hasil kolaborasi PT Green Power Palembang (GPP) dan IJB-Net Pusat.
Dalam rapat konsultasi dan arahan survei kelapa, Rabu, 12 November 2025, Sekretaris Daerah Banyuasin Ir. Erwin Ibrahim menyambut baik investasi ini.
“Kami apresiasi teman-teman dari PT. IJBNET dan GPP yang telah menginvestasikan Pabriknya di Kabupaten Banyuasin,” ujar Sekda Erwin Ibrahim.
Erwin menyebutkan produksi kelapa Banyuasin saat ini mencapai 47.000 ton per tahun.
Sementara itu, kebutuhan pabrik GPP untuk memproduksi bioavtur ditargetkan mencapai 182.500 ton per tahun, atau 500 ton kelapa non-standar per hari.
“Jika dilihat dari kebutuhan GPP yang mencapai 182.500 ton per tahun, maka diperlukan tambahan 130.000 ton per tahun,” jelas Sekda.
Untuk itu, ia mengestimasi dibutuhkan tambahan 130.000 hektare lahan kelapa.
Manager Keuangan dan Umum IJB-Net Pusat, Mochamad Budiman, menjelaskan proyek ini memanfaatkan kelapa reject atau non-standar (busuk, pecah, kecil, atau bertunas) yang selama ini terbuang.
“Kelapa yang biasanya dibuang justru menjadi emas hijau bagi kami. Dari sinilah kami kembangkan bahan baku bioavtur untuk pesawat terbang,” kata Budiman.
Inovasi ini sejalan dengan regulasi ICAO (International Civil Aviation Organization) yang mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.
Pabrik pengolahan sedang dibangun di Muara Sungsang, Banyuasin, untuk mengolah Crude Coconut Oil (CCO) menjadi bioavtur yang sebagian besar akan diekspor ke Jepang.
Budiman optimistis, jika pasokan dari Banyuasin kurang, kerja sama akan diperluas ke wilayah lain di Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau.
Kepala Dinas Perkebunan Banyuasin Roni Utama menambahkan, petani akan melihat peluang komoditas ini.
“Saya yakin kalau prospek kelapa ini bagus mereka akan beralih menanam kelapa,” jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Banyuasin menyatakan dukungan penuh, memfasilitasi kebutuhan regulasi dan perizinan.
Budiman berharap, proyek ini bukan hanya investasi energi, tetapi juga investasi masa depan Indonesia, mengangkat limbah kelapa menjadi energi yang menggerakkan pesawat lintas benua. (Nopi)












