Potensinews.id — Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menegaskan bahwa keberlanjutan pembangunan perkotaan sangat ditentukan oleh kesiapan pemerintah kota (Pemkot) untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Penegasan tersebut disampaikan Rahmat Mirzani Djausal saat memberikan sambutan pada Pidato Akhir Tahun APEKSI Outlook 2025 yang digelar di Paradise Hall Hotel Novotel Lampung, Sabtu (20/12/2025).
Menurut Gubernur Lampung, forum APEKSI menjadi ruang strategis bagi para wali kota se-Indonesia untuk melakukan refleksi atas kondisi daerah masing-masing, sekaligus menyusun arah pembangunan kota ke depan secara lebih terarah dan berkelanjutan.
“Outlook 2025–2026 ini mendorong kita untuk melihat siapa diri kita sebagai kota, memahami tantangan yang dihadapi, dan merancang masa depan dengan perencanaan yang lebih matang,” ujar Rahmat Mirzani Djausal.
Ia menyampaikan, sepanjang tahun 2025 pemerintah daerah dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari meningkatnya kebutuhan layanan publik, ketimpangan wilayah, keterbatasan fiskal, hingga meningkatnya frekuensi bencana. Kondisi tersebut diperparah oleh pesatnya perkembangan teknologi yang bergerak lebih cepat dibandingkan kemampuan birokrasi dalam beradaptasi.
“Dari berbagai tantangan itu kita belajar satu hal penting, kota yang mampu bertahan adalah kota yang mau belajar dan pemerintah kota yang berani menyesuaikan diri dengan perubahan,” tegasnya.
Rahmat Mirzani Djausal juga menilai setiap kota di Indonesia memiliki karakter dan potensi berbeda. Ada kota yang bertumpu pada sektor pariwisata, perdagangan, industri kreatif, pendidikan, kawasan pesisir, hingga kota yang mulai bertransformasi menuju ekonomi hijau dan digital, serta memperkuat kesiapsiagaan bencana dan ketahanan fiskal.
“Perbedaan ini bukan kelemahan, melainkan kekuatan. Tinggal bagaimana pemerintah kota membaca peluang dan mengolahnya menjadi manfaat nyata bagi masyarakat,” katanya.
Dalam konteks Provinsi Lampung, Gubernur menyoroti peran strategis Kota Bandar Lampung dan Kota Metro sebagai pusat pendidikan dan perdagangan. Ia menyebut sekitar 60 hingga 70 persen perputaran ekonomi Provinsi Lampung terjadi di dua kota tersebut.
“Kota tidak boleh tumbuh sendiri. Pertumbuhan yang tinggi harus menjadi pengungkit bagi kabupaten di sekitarnya agar pembangunan lebih merata, terarah, dan inklusif,” jelasnya.
Selain itu, ia mendorong pemerintah kota untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kualitas layanan publik. Ia mencontohkan sejumlah kota dunia, seperti Singapura, yang mampu menghadirkan pelayanan publik cepat, transparan, serta didukung perencanaan kota dan sistem transportasi yang terintegrasi.
“Pemerintah Provinsi Lampung mendorong Pemkot Bandar Lampung dan Pemkot Metro untuk terus berinovasi, memanfaatkan teknologi, dan menjadi motor penggerak pertumbuhan wilayah sekitarnya,” pungkasnya.












