Potensinews.id, BANDARLAMPUNG –Novia Malinda (29) warga Sukabumi Bandarlampung terpaksa berharap uluran tangan dermawan untuk biaya berobat yang tidak semua ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Novia yang tinggal di rumah kontrakan bersama ibu dan keluarga kecil kakaknya Jalan Pulau Singkep Gang Tangkil itu sudah 13 tahun mengidap dua penyakit sekaligus, yaitu vestibular migrain dan trigeminal neuralgia. Dokter menyatakan Novia tidak bisa sembuh
Vestibular migraine adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan seseorang mengalami vertigo secara berulang. Neuralgia trigeminal adalah penyakit saraf yang ditandai rasa nyeri hebat pada wajah sampai ke otak. Kondisi ini umum terjadi pada wanita di atas umur 50 tahun
Novia berjuang melawan penyakit itu dengan biaya seadanya. Sebelumnya Novia pernah menjalani operasi di Jakarta tanpa BPJS. Karena keterbatasan biaya, akhirnya Novia hanya mengonsumsi obat pereda rasa sakit dari resep doker
“2010 diaknosa dokter gendang telinga robek. 2012 operasi di RSCM. Berangkat sendiri, tinggal di losmen permalam Rp100 ribu. Setengah bulan nunggu jadwal dokter. Sekarang tidak punya biaya,” katanya, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (27/05)
Saat ini Novia menggalang dana untuk menebus obat. Pasalnya pihak apotek rumah sakit tempatnya berobat mengurangi jumlah obat yang diresepkan dokter. Novia hanya menerima setengah jumlah obat dari resep yang diberikan dokter
“Ini obat dapat pas kontrol. Di resep Gabapentin 20 butir, dapetnya cuma 10 butir. Aku tanya, alasan mereka gak boleh banyak keluarnya, segitu dapetnya. Di Abdoel Moeloek. Kalau di Advent beda. Jadi, tiap rumah sakit berbeda ngasihnya,” ujarnya
Menurut informasi yang ia terima, BPJS memiliki sistem tertentu dalam memberikan jatah obat kepada seluruh peserta BPJS. Meskipun jumlah obat telah diresepkan oleh dokter
“Sepertinya (jumlah) paketan gitu. Mereka gak mau tau yang penting udah kasih segitu, sisanya kebijakan RS dan BPJS,” ucap gadis lulusan Teknik Elektro Unila itu
Demi memenuhi kebutuhan obatnya, Novia mengais rezeki dengan berjualan pempek secara online melalui marketplace. Namun, penghasilannya tidak menentu, terkadang hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari
Karena alasan itu, sejak 2019 Novia berinisiatif membuka galang donasi untuk dirinya sendiri. Sebab, obat yang ditanggung BPJS tidak mencukupi. Novia mengaku keluarganya tidak bisa membantu karena tidak mampu
Ayah Novia sudah meninggal, ibunya sudah lansia, sedangkan kakak kandungnya hanya pegawai biasa di Teknokrat, dan suami seorang juru parkir. Jadi, mereka hanya bisa membantu Novia semampunya
“Itu mengapa aku meminta bantuan membeli obat, aku kadang minum 4 kali kalau kambuh banget, dan sudah habis sebelum waktunya, karena obatnya dibatasi,” terangnya.
Ibu kandung Novia, Kamsah (70) mengaku sangat sedih anak yang ia sayangi harus menerima beban berat seumur hidupnya. Di sisi lain Kamsah hanya pasrah dan berdoa berharap anaknya bisa sembuh
“Dulu dia anak yang tidak pernah sakit. Saya terpukul sekali setelah dokter memvonis dia menderita penyakit seumur hidup,” ungkapnya
Kamsah berharap anaknya bisa sembuh dan menikmati hidup sehat seperti sedia kala. Dirinya sangat berterima kasih kepada orang yang iklas memberikan donasi untuk anaknya, meskipun ia tidak ingin merepotkan orang banyak.
“Saya ingin Novia kayak dulu lagi. Saya gak mau ngerepotin orang,” katanya diiringi suara peringatan token listrik.
Bagi anda yang ingin membantu atau memberikan donasi kepada Novia bisa menghubungi Novia langsung di nomor 08999315151. (Virgo)