Ketua RW 3, Nuraisyiah Alias Upik menjelaskan bahwa Madih adalah teman kecilnya. Sebelum menjadi RW, dia juga sempat lima tahun menjadi RT. “Kami dilapori warga, Bripka Madih datang bersama sekitar 10 orang yang bukan warga mereka. Mematok tanah depan rumah warga bangun Pos, dan masang spanduk. Warga resah, sementara diam karena menghargai beliau Polisi,” katanya.
Bahkan kata Upik, Pak Madih kerap membuat ulah yang aneh aneh. Bahkan kerap meneror guru guru yang mengajar, memasang setrum di tiang listrik. “Jadi yang sebenarnya warga sudah resah dengan arogansi Madih ini. Karena ulahnya bahkan nyaris digebuki Brimob dan TNI, tapi tetap dilindungi warga,” kata Upik.
Menurut Upik, sikap aneh-aneh Madih itu mulai terjadi saat dia pulang dari tugas di Kalimantan. “Tahun 2011 pulang tugas dari Kalimantan mulai aneh kelakuannya. Bahkan warga memaklumi kelakuan aneh itu dan beranggapan Madih ‘Error’,” kata Upik, juga diamini puluhan warga yang hadir.
Ketua RT4 Tuin, menyebutkan hal yang sama. Tuin mengaku juga kaget saat dilaporkan warga ada sekelompok orang dipimpin Madih mematok tanah warga. “Warga lapor, saya masih kerja. Pulang kerja saya cek benar. Mereka bangun pos dan pasang banner di rumah pak Viktor. Maka kami anterin lapor ke Polisi,” kata Tuin.
Lahan yang disoal itu kini sudah dihuni warga. Empat lahan diantarnya sudah bersertifikat, 10 masih berstatus akte jual beli (AJB). Mahdi juga menggugat berdasarkan berkas-berkas yang diragukan keasliannya, dan berdasarkan katanya, tanpa ada bukti bukti.
Ironisnya tidak pernah mau dipertemukan dengan pihak pihak yang dianggap sebagai pihak yang bersengketa. Madih kemudian membawa 10-an orang diakui sebagai teman teman asal Jawa Barat, yang kerap menjadi teman diskusi bagaiman memperjuangkan lahan.
Mereka datang bawa menduduki lahan dan memasang plang dirumah warga dan buat pos dan masang spanduk. Warga sudah siap punya data data hak tanah. Bahkan warga satu RW siap dan sudah tak.tahan dalam teror Madih. Warga akan beramai ramai melapor ke Polda Metro Jaya. (Red)