Tanggamus

Putri Pejuang PKH di Tanggamus Raih Gelar Dokter Berkat Beasiswa

×

Putri Pejuang PKH di Tanggamus Raih Gelar Dokter Berkat Beasiswa

Sebarkan artikel ini
Putri Pejuang PKH di Tanggamus Raih Gelar Dokter Berkat Beasiswa
Dyah Cahya Prameswari, S.Ked., putri seorang Pendamping SDM Program Keluarga Harapan (PKH), berhasil menamatkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Unila. | Ist

Potensinews.id – Putri pejuang PKH di Tanggamus raih gelar dokter berkat beasiswa.

Sebuah kisah inspiratif datang dari Kabupaten Tanggamus, Lampung, membuktikan bahwa mimpi menjadi seorang dokter bukanlah monopoli mereka yang terlahir dari keluarga berada.

Dyah Cahya Prameswari, S.Ked., putri seorang Pendamping SDM Program Keluarga Harapan (PKH), berhasil menamatkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Unila) berkat kegigihan dan beasiswa.

Dyah, yang merupakan putri dari Bapak Saimo dan Ibu Rusmiati, warga Pekon Tanjung Anom, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, mengikuti prosesi wisuda periode V tahun akademik 2024-2025 di Gedung Serba Guna (GSG) Unila, Sabtu, 17 Mei 2025.

Ia berhasil meraih gelar sarjana kedokteran setelah mendapatkan beasiswa prestasi yang kemudian bertransformasi menjadi Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah).

“Alhamdulillah, tahapan perkuliahan di Fakultas Kedokteran telah saya lalui dengan baik, tinggal menunggu Internship untuk mendapatkan izin praktik,” ujar Dyah.

Dyah menceritakan bahwa ayahnya sehari-hari bekerja sebagai pendamping SDM PKH di Kabupaten Tanggamus, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki warung kecil di rumah.

Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap dedikasi sang ayah dalam membantu masyarakat dampingannya.

Baca Juga:  Jaga Keamanan Bersama, Kapolres Tanggamus Ajak Warga Hindari Main Hakim Sendiri

“Ayah itu sangat berdedikasi dalam bekerja. Beliau selalu siap membantu warga dampingannya yang sedang sakit atau tertimpa musibah, tanpa mengenal waktu,” katanya.

Perjuangan Dyah untuk menggapai cita-cita menjadi seorang dokter berawal dari prestasinya di bangku SMAN 1 Kotaagung Tanggamus.

Berkat menjuarai Lomba Sains Biologi tingkat nasional, ia mendapatkan beasiswa undangan khusus untuk masuk Unila melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2018.

Saat itu, Dyah mantap memilih Fakultas Kedokteran sebagai jurusan impiannya.

“Awalnya sempat khawatir dengan masalah biaya. Namun, ketika saya menyampaikan niat untuk kuliah di Fakultas Kedokteran, orang tua sangat mendukung.
Saya aktif mencari informasi tentang biaya kuliah kepada petugas kesehatan, kenalan, bahkan kakak kelas yang sudah kuliah. Kami sadar kemampuan ekonomi terbatas, jadi harus benar-benar berhitung. Dukungan orang tua dan beasiswa akhirnya membuat saya yakin bisa kuliah,” jelas Dyah.

Sejak kecil, Dyah memang memiliki cita-cita mulia untuk bekerja di bidang kesehatan. “Sejak kecil saya bercita-cita menjadi dokter karena menurut saya profesi ini sangat mulia, tugasnya menolong orang,” tuturnya.

Baca Juga:  Warga Tangkap Pencuri Biji Kopi, Kerja Sama Apik Warga dan Polisi

Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran, Dyah tidak menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan beasiswa. Ia menyadari pentingnya memanfaatkan beasiswa tersebut agar tidak memberatkan orang tua.

Kegiatan belajar rutin menjadi kunci keberhasilannya. Dyah selalu membaca catatan kuliah dan buku-buku yang direkomendasikan dosen. Diskusi dengan teman-teman sejawat juga menjadi bagian penting dalam proses belajarnya.

“Biasanya saya belajar dini hari sebelum salat Subuh agar lebih fokus. Saya berusaha belajar sungguh-sungguh agar harapan orang tua untuk melihat saya menjadi dokter bisa terwujud,” ungkapnya.

Di sela-sela kesibukan kuliah, Dyah juga tidak malu untuk membantu orang tuanya saat pulang ke rumah. Ia tetap rendah hati meskipun telah menyandang status calon sarjana kedokteran.

Dengan kerja keras dan dedikasi, Dyah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Unila dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang sangat memuaskan, yaitu 3,58.

Ayah Dyah, Saimo, mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian sang putri.

“Dyah masuk Fakultas Kedokteran Unila tahun 2018 dan hari ini dilantik menjadi dokter. Saya sebagai seorang Pendamping SDM PKH Kabupaten Tanggamus sangat bangga anak saya bisa meraih gelar sarjana kedokteran dari universitas ternama tanpa harus mengeluarkan banyak biaya karena mendapatkan beasiswa,” ujar Saimo.

Baca Juga:  Unila dan Lampung Timur Jajaki Kerja Sama SDM Unggul

Saimo menambahkan bahwa Dyah merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya saat ini masih menempuh pendidikan di MTSN 1 Tanggamus.

Sebelum dilantik menjadi dokter, Dyah telah menjalani Koas (kepaniteraan klinik) di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung.

“Selama sekolah, baik SMA maupun kuliah, Dyah tidak pernah macam-macam dan tidak banyak meminta kepada orang tua. Dia tahu kondisi ekonomi kami,” lanjutnya.

Saimo, yang sehari-harinya berjuang sebagai pendamping SDM PKH dan aktivis sosial, bersama istrinya, Rusmiati, yang memiliki warung kecil di rumah, merasa sangat bersyukur atas anugerah ini.

“Alhamdulillah, ini adalah anugerah yang luar biasa bagi keluarga kami. Kami sekeluarga bangga bisa menyumbangkan seorang dokter untuk Ibu Pertiwi,” pungkas Saimo dengan haru.

Kisah Dyah Cahya Prameswari menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita setinggi langit. Dukungan keluarga, kegigihan pribadi, dan kesempatan melalui beasiswa telah mengantarkannya menjadi seorang dokter yang siap mengabdi untuk negeri. (Akmaluddin)