Perjalanan Merintis Usaha
Dalam dunia usaha tidak lepas dari lika likunya cobaan hidup masa lalu. Pada awal karirnya Nur bekerja di toko roti daerah Pademangan, Jakarta Utara.
Namun karena suatu hal ia berhenti dan mencoba peruntunganya dengan berdagang di sebuah kantin sekolah.
“Kerja di toko roti, Pademangan Jakut.
Terus saya buka kantin di sekokah, tiga tahun saya dagang di kantin. Di situ memang rame tapi jam istirahat saja,” katanya.
Tah berhenti di situ, karena hasrat dan semangat usaha Nur yang menggebu-gebu, seusai menyelesaikan pekerjaan di kantin Nur memanfaatkan sisa waktunya untuk berjualan tas berkeliling ke sekolah demi sekolah.
“Lewat istirahat saya luangkan waktu berjualan bawa plastik door to door jalan kaki ke SMP – SMP lain, modal dari satu tas beli di shopee. Apa saja saya jual, jual handphone, jual baju, jilbab, dompet,” ungkapnya.
“Di kantin itu saya banyak dapet omongan yang gak enak dari orang, banyak yang iri. Makanya saya abis istirahat keliling menawarkan produk ini,” keluhnya.
Usaha tidak menghianati hasil, mungkin itu pepatah yang cocok menggambarkan kegigihan Nurbayti. Karena kegigihannya hari demi hari produknya ternyata banyak diminati konsumen, Nur pun menambah stok produknya.
Dinilai menjanjikan, Nur akhirnya menambatkan hatinya di satu produk, yaitu Jims Horney. Jims Horney adalah brand fashion wanita yang terdiri dari tas, dompet, dan jam tangan.
Meskipun berat, berbagai macam cara Nur lakukan demi meningkatkan omset penjualan produknya. Kala itu Nur yang masih menjadi resseler dalam sebulan hanya mampu menjual sebanyak 50 produk
“Itu berat banget, kak. Paling pendapat sekitar dua juta. Itu ngoyo banget, uang jajan uang apa gak dipikirin yang penting sebulan harus muter 50 biji,” ungkapnya
Menuju Puncak kesuksesan